Indonesia dan Malaysia dua negara
yang bertetangga ini selalu saja
dirundung konflik, keduanya menjadi tidak akur, tidak mencerminkan seharusnya tetangga, dari mulai konflik
budaya,tenaga kerja, lagu kebangsaan sampai konflik yang mengarah pada personal
atau individu.
Jika dilihat dengan kasat mata
seolah-olah konflik ini disebabkan oleh
lemahnya hubungan diplomatik yang kontruktif, namun jika dicermati lebih mendalam sepertinya konflik ini bersifat
terorganisir hal ini terlihat dengan
maraknya konflik yang begitu sering, seolah - olah sudah dijadwalkan, apalagi
konflik ini sudah tercipta sejak
presiden soekarno.
Beragam spekulasipun muncul, di
antaranya memang ada negara ketiga yang memang sengaja
menciptakan konflik antara indonesia dan Malaysia, faktor peningkatan ekonomi di antara kedua negara juga menjadi salah
satu prediksi.
Menurut Pakar Melayu Prof.
Dr. Datoe Nik Anuar Nik Mahmud dari Institut Alam dan Tamadun Melayu,
Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) mengamini
bahwa ada intervensi pihak luar di balik perseteruan kedua Negara serumpun
muslim ini.
Namun siapakah pihak luar yang
sengaja menciptakan permasalahan ini, jika kita kaji bahwa indonesia dan Malaysia adalah negara dengan jumlah umat
islam terbesar di Asia tenggara, negara serumpun ini pada asalnya penduduknya
se-aqidah, dan jika kita kembali kemasa lalu ulama’-ulama’ melayu tidak pernah mengajarkan konflik seperti ini,
kita dapat melihat dekatnya Buya Hamka dengan Malaysia pada waktu itu.
Boleh jadi yang menciptakan
konflik itu adalah para musuh-mush islam itu sendiri karena sejak zaman sejarah dahulu mereka
sengaja melemahkan islam di Indonesia dan Malaysia.
Salah satu strategi mereka
dahulu ialah seperti yang terkutip dalam memoar buku
Thomas Raffles yaitu, Barat harus memastikan bahwa alam Melayu ini lemah. Untuk
melemahkan, Raffles mengusulkan dua buah strategi.
Pertama,
imigran-imigran asing masuk ke Melayu supaya kawasan ini tidak menjadi kawasan
Melayu, melainkan majemuk.
Kedua,
pastikan bahwa raja-raja Melayu yakni Semenanjung, Sumatera, Jawa dan
sebagainya, tidak mengambil para ulama Arab menjadi penasehat mereka. Jadi,
tujuan mereka memang untuk memisahkan Arab dengan Melayu.
Boleh
jadi program mereka telah berkembang sampai pada menciptakan konflik di antara
dua negara Maka diwujudkanlah isu sekarang, konfrontasi Malaysia-Indonesia. Melalui media
sekular di Negara ini, mereka terus berupaya agar rumpun Melayu bangga akan
identitas negara-nya masing-masing. Sehingga menghilangkan nilai-nilai ukhuwah
sesama muslim.
Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan pengamat politik Najumuddin
dari Universitas Andalas Padang yang mengatakan "Para pelobi Yahudi yang berkolaborasi dengan AS
memungkinkan berada di balik memuncaknya ketegangan Indonesia-Malaysia di blok
Pulau Ambalat”.