Intan, Dari Seorang Punk, Kini Menjadi Muslimah Kaffah
Jum'at, 27 Juli 2012
Rep: Thufail Al-Ghifari
Red: Cholis Akbar
Jum'at, 27 Juli 2012
Hidayatullah.com--Alkisah
tahun 2007-2008. Wanita bernama lengkap Intan Dwi ini mengalami
pemberontakan batin. Sebagai akibatnya, gadis kelahiran 24 April 1995
jarang pulang ke rumah. Kalaupun pulang, paling cepat biasanya hanya dua
minggu sekali. Musik punk dan kehidupan jalanan akhirnya
menjadi pilihan hidupnya saat itu. Jiwa pemberontakan menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dalam dirinya.
“Itu gaya hidupnya,” jawab Intan kepada hidayatullah.com saat ditanya tentang alasannya tertarik menjalani hidup sebagai anak punk.
Intan bercerita, selama nge-punk ia
tinggal tak menentu. Tidur di jalanan mulai dari jalur Sukabumi,
Cibinong hingga Ciawi Puncak Bogor Jawa Barat. Mengamen,
bersenang-senang dengan rekan-rekannya sebagai sesuatu yang ia jalani,
setelah ia terpengaruh dari gaya hidup band-band punk. Ia menyebut band seperti Rancid, Ramones hingga Sex Pistols.
Rupanya
takdir berkata lain. Titik jenuh menghampirinya di tahun 2010, setelah
selama 2009 dia mengalami proses pertempuran batin. Rasa bosannya
membuat dia membutuhkan suasana baru dari sekitar mengamen, makan,
senang-senang. Intan mulai tersadarkan ketika Allah Subhana Wa Ta’alah
mempertemukan dia dengan komunitas bernama Punk Muslim.
“Semua ini karena do’a dari orangtua,” jelas gadis yang bisa bermain gitar ini.
Di Punk Muslim, dia
mulai mengikuti pengajian rutin bersama teman-teman barunya. Mulai
dari belajar membaca Al-Qur’an hingga materi-materi akiidah Islamiyah
seperti; marifatullah, marifatul rasul dan fiqih wanita dan nilai-nilai
agama lainnya.
“Banyak
banget perubahan, terutama mungkin dari keluarga lebih memerhatikan,
dan tetangga lebih segan ke kita. Sekarang juga semakin banyak teman,
semakin menambah wawasan jadi bisa tahu dunia lain juga,” jelasnya di
sela-sela Aksi Peduli Rohingya, Kamis (26/07/2012).
Sejak pilihannya untuk meninggalkan punk, Intan bukan hanya meninggalkan atribut punk, tapi
dia juga istiqomah dalam menutup aurat. Jilbab panjang hingga ke
pinggang. pakaian lebar menemani rok panjang dan kaos kakinya lengkap ke
mana-mana.
Sekarang,
tak terlihat lagi lekuk-tubuh seperti dulu ketika dia biasa memakai
celana jins ketat. Yang tersisa hanya telapak tangan dan wajah yang
penuh senyum nan anggun.
Intan
mengaku, apa yang telah ia rasakan dalam beragam bentuk pengalaman itu
membuatnya sadar betapa cintanya Allah dalam hidupnya melalui hidayah
ini.
Ramadhan
ini adalah yang ketiga kali dia sudah bersama keluarga, setelah
sebelumnya tak pernah menjalankan ibadah puasa dan tak pernah menikmati
Ramadhan di rumah secara khusyu'.
Saat ini, Intan selalu memanfaatkan Ramadhan untuk memuhasabah dirinya.
Dari
Ramadhan pula, dia belajar membuka mata hati untuk mendekatkan diri
pada Allah Subhanahu Wata'ala, karena dengan Ramadhan ia jadi tahu
bagaimana menyelami makna hidup.
“Aku
mau meneruskan sekolah, lalu kuliah dan pengen lebih mengejar cita-cita
dan memperbaiki diri lebih baik lagi dari sebelumnya,” jelas gadis yang
bercita-cita menjadi psikolog ini.
Punk Muslim
Sebagaimana diketahui, Punk Muslim adalah sebuah komunitas yang didirikan oleh Almarhum Budi Chaeroni. Budi yang juga seorang anak punk tiba-tiba mendapatkan hidayah dari Allah. Dalam hidayahnya Budi ingin mengajak teman-teman punk-nya untuk belajar mengaji dan mendekatkan diri pada Islam.
Budi
meninggal pada tahun 2007 dalam sebuah kecelakaan motor yang sebabkan
dia mengalami pendarahan otak. Setelah kepergian Budi, Punk Muslim tetap berjalan diteruskan oleh sahabat-sahabatnya.
Intan, adalah salah satu dari ragam warna anak-anak punk yang akhirnya bisa mengerti arti Islam dalam hidup. Bukan hanya meninggalkan punk, Intan juga sudah meninggalkan bermusik dan hingga hari ini istiqomah dengan menutup aurat.
Ia telah membuat punk menjadi lebih mengenal Islam dan Muslim, sebelum kata Muslim itu justru membunuh punk itu
sendiri dan bagaimana hanya cukup total menjalani hidup sebagai seorang
Muslim. Inilah gaya hidup sejati dan terakhia seorang Intan saat ini.
"Islam Is My Life, Is My Way, Is My Attitude!," ujarnya.*
Red: Cholis Akbar