Monday 17 December 2012

Belajar dari konflik Indonesia-Malaysia " Hidupkan Ukhuwah Islam"

 



Ukhuwah islam telah hilang dari tubuh kaum muslimin, tak adalagi ucapan Assalamu’alaikum ketika bertemu dengan saudara seiman baik yang dikenal atau tidak dikenal, ukhuwah islam sudah berganti menjadi ukhuwah fil tandzim ( karena organisasi), fil hizb ( karena partai)  Atau karena Nasionalisme.
konflik Indonesia dan Malaysia memberi pelajaran bagi kita bahwa nilai – nilai ukhuwah dan Qur’aniyah telah berganti dengan nila-nilai Nasionalis yang justru menghancurkan persatuan umat muslim itu sendiri, dengan mengatasnamakan negara maka para kaum muslimin saling hujat-menghujat baik di dunia nyata atau maya, sebagai contoh saja sebagian masyarakat indonesia memanggil nama Malaysia sebagai Malingsia ( pencuri), saling bilang pengecut dll, sehingga hiujat- menghujat  sudah menjadi adat.
Allah menciptakan Manusia terpisah pulau dan bahasa atau bangsa bukan untuk konflik melainkan untuk menghidupkan ukhuwah itu sendiri melalui ta’aruf di antara umat islam “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” ( QS.49 :13)
Kita punya tauladan para sahabat r.a yaitu kaum anshor dan muhajir dizaman rasulullah dahulu, mereka yang berbeda tempat tinggal antara mekah dan madinah Namun menjadi  satu melebur dalam ukhuwah islam, mereka rela dan bersedia di persaudarakan  di satukan di atas islam. Tidak mempersoalkan tentang negaranya.
 Seharusnya ukhuwah kita seperti yang di katakan oleh rasulullah “Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit maka seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam.” (HR. Muslim)   Coba perhatikan ketika kaki  sakit  maka tangan yang memegang nya, mulut yang berbicara dan mata yang meneteskan aior mata.
Seharusnya kita pula seperti  satu bangunan, satu sama lain saling menguatkan.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)  seharusnya umat islam ada yang menjadi atap untuk menaungi,  ada yang menjadi pondasi untuk menopang ada yang menjadi lantai untuk memberi kenyamanan.
Tapi semua itu hilang berlahan-lahan di makan dengan semangat Nasionalis.
For You

0 comments:

Post a Comment

ila Online - Just For Fun
KampungBlog.com - Kumpulan Blog-Blog Indonesia

Site Search