Monday, 5 November 2012

PENANTIAN PANJANG UNTUK IMAMKU



Oleh : Sofiya Al-Khansa


“Menikahlah denganku,”pintanya dengan serius.

“Kita tidak mungkin menikah.”

“Kenapa? Apa aku tidak indah untuk di pandang? Apa ada yang salah denganku?”

“Tidak ada yang salah dengan dirimu, juga bukan karena kau tidak indah untuk dipandang. Tapi…….”

“Tapi kenapa? Apa yang membuatmu tidak bisa menerimaku.”

Kutarik nafas panjang. “Prastya, alasannya bukan karena kau tidak indah dipandang tapi karena agama kita berbeda. Aku tidak mungkin menikah dengan lelaki yang beda agama denganku. Seorang wanita muslim diharamkan untuk menikah dengan laki-laki non muslim.”

“Kenapa bisa diharamkan? Bukankah menikah itu ibadah?”

“Pelajari tentang islam maka kau akan temukan jawabannya. Maaf prastya aku harus pergi sekarang.”

 

Kutinggalkan ia sendiri di cafe. Kulihat awan hitam semakin tebal. Kulangkahkan kaki lebih cepat, aku takut turun hujan sedangkan tempat berteduh masih jauh. Gerimis mulai turun, aku yakin kali ini akan turun hujan lebat. Aku segera berlari. Tiba disana datang juga sebuah motor untuk berteduh. Rasanya aku tidak asing melihat si pengendara. Benar saja, saat ia membuka helm ternyata dia adalah orang yang aku kagumi selama ini. Aku palingkan wajahku agar dia tidak mengenaliku, tapi terlambat. Tubuhku mulai gemetar. Selalu itu yang terjadi saat aku bertemu dengannya.

 

“Loh Er. Kamu kok sampai disini? Darimana tadi?”

“Tadi habis ketemu teman. Kakak sendiri darimana?”

“Dari kampus kumpul tugas.”

“Oh….”

 

Pembicaraan kami terhenti. Hanya itu saja yang bisa kukatakan, setelah itu diam tanpa kata.

 

Xxxxxxxxx

 

“Kapan kamu akan menikah, dek? Berapa banyak lagi laki-laki yang akan kau tolak saat mereka mengkhitbahmu.”Tanya ayahku dengan lembut.

 

Aku tersenyum mendengar pertanyaan ayah, tapi aku masih tetap bermain dengan laptop kesayangaku. Ayahku memang menginginkanku agar segera menikah, tapi aku belum cocok dengan laki-laki yang datang mengkhitbahku.

 

“Ayah, tadi ada yang datang ke adek. Di juga mengkhitbah adek.”

“Siapa?”

“Prastya.”

“Lalu apa jawabanmu.”

“Adek tolak dia.”

“Aduh dek. Kenapa ditolak?”

“Karna dia beda agama dengan adek yah. Bagaimana rumah tangga adek bisa sakinah, mawaddah, wa rahmah kalau dalam satu kapal ada 2 nakhoda.”

 

Ibuku hanya tersenyum mendengar penjelasaku. Begitupun ayahku. Terkadang mereka heran denganku mengapa aku bisa menjelaskan hal yang belum pernah aku alami.

 

Rembulan bersinar sangat terang. Aku masih duduk di lantai atas rumahku bersama dengan ibuku. Kusandarkan kepala dipangkuannya. Diusapnya kepalaku dengan penuh kasih sayang.

 

“Adakah yang telah mengisi hatimu.”

“Iya ma. Ada. Dia baik, sopan, taat menjalankan ibadah,”

“siapa dia? Biar nanti ayahmu yang datangi dia,”

“Khalid. Mahasiswa jurusan dakwah. Kami bertemu saat adek ospek. Dia yang membantu adek di ospek. Adek menyukainya sejak pertama kali bertemu. Tapi sayangnya kami hanya diam saja ketika bertemu. Entahlah, lidah ini terasa sulit untuk berkata.”

“Ya sudah tunggu apalagi, biar ayahmu yang datangi dia.”

“Tidak. Jangan ma.”

 

Lalu aku pamit kekamar. Handphoneku berbunyi tanda ada pesan masuk. Ternyata dari temanku, dia mengjakku tadabur alam bersama anak-anak yang lain. Aku pun menyanggupinya.

 

Semua perlengkapan sudah siap dibawa. Aku bawa ranselku keluar rumah. Tak lupa sebelum aku pergi aku pamit kepada ayah dan ibuku, lalu kucium mereka. Tiba di tempat yang ditentukan, aku sangat kaget melihat kak  Khalid juga disana. Dia yang mengisi acara, dia juga ternyata yang mengadakannya. Ah….kenapa nur tidak bilang.

 

“Kamu ikut juga Er?”Tanya kak Khalid.

“Iya kak kemarin diajak teman jadi ya ayo.”

“Oiya Er, gimana? Sudah ada yang cocok belum dengan yang datang mengkhitbahmu.”

Aku tersentak kaget. “kok kakak tau adek dikhitbah?”

“Dari kakak sepupumu. Katanya kamu selalu menolak kalau ada yang datang mengkhitbahmu. Ada apa denganmu?”

“Gak papa. Tidak cocok saja. Kalau kakak?”

“Ada sih yang kakak sukai. Tapi entah kenapa kami selalu tertunduk dan diam saat bertemu. Aku ingin datang mengkhitbahnya tapi apa dia mau menerimaku? Aku bukan anak dari kalangan orang kaya.”

“Datangi walinya, nikahi dia insyaallah pintu rejeki akan terbuka untuk kalian.”

 

Kami pun berpisah karena akan melaksanakan sholat ashar. Jujur aku sakit mendengarnya. Orang yang kutunggu ternyata dia telah menunggu orang lain juga.

 

2hari kemudian kakak sepupuku datang kerumah. Dia mengabari kami kalau ada seorang laki-laki yang datang mengkhitbahku lewat pakde.

 

“siapa dia kak?”

“Dia….dia…. Khalid saputra.”

“Khalid….saputra…..?”aku tidak percaya dengan apa yang aku dengar.

“Orang yang dia tunggu itu dirimu Er, percayalah.”

“Alhamdulillah ya Allah.” Aku langsung sujud syukur.

“Ada apa dek?”Tanya ayah dan ibuku

“Adek….adek akan segera menikah ayah, ibu.”

“Alhamdulillah. Siapa dia.”

“Orang yang adek tunggu selama ini. Khalid Saputra.”

 

Sebuah anugerah tak terduga yang aku dapatkan dihari ini. Terima kasih ya Allah, engkau telah mengabulkan do’aku untuk bersanding dengannya. Seorang laki-laki yang kutungu menjadi imamku. Alhamdulillahirabbil’alamin.

                                                                      Click Untuk Kembali Kemenu Utama






For You

0 comments:

Post a Comment

ila Online - Just For Fun
KampungBlog.com - Kumpulan Blog-Blog Indonesia

Site Search