Thursday 28 June 2012

Sejarah Yang Disusun Penjajah Racun Bali Kita

oleh :  Prof A,Hasyimi


Bismillahir Rahmanir Rahim.
Telah berlalu masa dan kurun, dalam waktu mana kepada kita disodorkan buku-buku sejarah Islam, terutama sejarah Islam di Nusantara, yang dikarang oleh bangsa asing kaum penjajah yang bukan beragama Islam, bahkan sebagai penjajah mereka berusaha untuk menghancurkan Islam, sekurang-kurangnya untuk menyelewengkan atau mendangkalkan ajaran-ajaran Islam.
Salahsatu cara yang mereka tempuh untuk maksud-maksud kolonialisme tersebut, yaitu dengan memutarbalikkan sejarah Islam, bahkan mencampur-adukkan sejarah Islam dengan israeliat (dongeng-dongeng yang dimaksudkan orang-orang Yahudi ke dalam ajaran dan sejarah Islam).
Karena itu, adalah wajar kalau kemudian ada orang-orang Islam sendiri, terutama yang mendapat pendidikan di sekolah-sekolah kaum penjajah, membenci Islam, memusuhi Islam, mengatakan bahwa Islam menghambat kemajuan dan mempersubur perbudakan; mereka kemudian menjadi orang-orang sekuler yang memusuhi agamanya, Agama Islam, bahkan melawan Allah Yang Maha Esa.
Setelah apa yang dinamakan "Sejarah Islam" yang disusun oleh kaum penjajah itu atau oleh kaki-tangannya, meracuni jiwa dan semangat pemuda-pemuda Islam di tanah jajahan, maka barulah mereka menciptakan dongeng-dongeng sebagai ganti dari ajaran Islam yang sebenarnya, sehingga dengan mudah kaum penjajah menciptakan "agama baru" dalam bentuk aliran-aliran kebatinan, aliran-aliran kepercayaan, yang kadang-kadang menjelma menjadi tarekat-tarekat; bahkan mereka menciptakan nabi-nabi baru.
Maka mereka menampilkan para kaki-tangannya menjadi tokoh-tokoh "aliran kebatinan dan aliran kepercayaan" dengan tugas melemahkan bahkan menghancurkan ajaran Islam sejati; lahirlah ke arena dunia nabi-nabi kaum kolonial, seperti Mirza Gulam Ahmad dengan sejumlah khalifahnya, yang diciptakan oleh penjajah Inggeris dan didukung oleh penjajah Belanda, Perancis dan sebagainya.
Maka tidak heran kita, kalau kaki-tangan kaum penjajah menulis dalam apa yang dinamakan "buku sejarah Islam" bahwa Malikus Saleh, Raja Kerajaan Islam Samudra/Pasai yang terbesar, beliau makan "cacing", yang apabila hal demikian dibaca oleh pemuda-pemuda kita, jatuhlah martabat Malikus Saleh di mata mereka, padahal beliau adalah mujahid dan pahlawan yang terbesar pada zamannya.
Tokoh-tokoh penjajah terbesar, seperti Prof. Dr. Snouck Hourgrunye dan lain-lainnya, tanpa malu-malu menulis sejarah Islam di Indonesia dengan mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia dalam abad ke XIII M. dan Raja Islam pertama yaitu Malikus Saleh yang makan cacing itu. Dengan sengaja tokoh-tokoh utama kaum penjajah itu tidak mau mengakui bahwa Islam telah masuk ke Nusantara dalam abad pertama hijriyah dan Kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara telah berdiri di Perlak pada awal abad ketiga hijriyah (abad ke IX M.). Pendapat dari tokoh-tokoh utama kaum penjajah itu diterima bulat-bulat oleh sementara kaum terpelajar di Nusantara, bahkan tulisan-tulisan otak kaum penjajah yang berlindung di bawah nama "orientalisten" dijadikan sumber sejarah Islam yang utama.
Mereka menolak, kalau kita ketengahkan kepada mereka naskah-naskah tua yang ditulis oleh para Ulama Nusantara sendiri sejak zaman dahulu, seumpama naskah Idharul Haqq Fi Mamlakat Ferlak karangan Abu Ishak Makarani, Tazkirah Tabakat Salatin yang ditulis oleh Said Abdullah, Keurukon Katibul Muluk (Sekretaris Negara) dari Kerajaan Aceh Darussalam, hanya karena naskah-naskah tersebut tidak pernah disebut-sebut oleh tokoh-tokoh utama kaum penjajah; Snouck tidak menyebutnya, kata mereka.
Mereka juga tidak akan percaya apa yang ditulis oleh. Sarjana Sejarah Pakistan, Dr. N.A. Baloch, karena Baloch tidak mendasarkan karangan pada sumber-sumber "Orientalisten Penjajah". Dalam bukunya, Advent of Islam in Indonesia, Br. N.A. Baloch antara lain menulis:
"There ia evidence to the effect that some of the scholarly nakhudas from Mekran (Buluchistan) had settled down in Sumatra at an early stage. To one of the settled families belonged the secholar historian Abu Ishaq al-Mekrani al-Fasi (i.e. whose family originally came from Mekran or Buluchistan but had settled down in Pasai in Sumatra) who wrote an important work on the dinastic history of the rulers of Perlak. This book entitled Kitab Idhar alHaqq fi Silsilat Raja Ferlak, Which was discovered more recently, shows that the first Muslem State in Perlak was founded as early as 225 H. (847 A.D.)
Maksudnya: Pada suatu waktu dahulu telah terjadi satu peristiwa yang menyebabkan sejumlah nakhoda terpelajar dari Mekran (Buluchistan) telah mendarat di Sumatera. Dalam satu rombongan keluarga yang mendarat itu, ikut seorang ahli sejarah yang bernama Abu Ishaq Al-Makarani AI-Pasi (Yaitu keluarganya berasal dari Mekran atau Buluchistan yang mendarat di Pasei Sumatera), beliau telah menulis satu karya yang amat penting tentang sejarah dinasti para penguasa Perlak. Buku ini dinamakan lahar Al-Haqq fi Silsilat Raja Perlak, dalam buku mana dicatat bahwa Kerajaan Islam pertama di Perlak didirikan dalam tahun 225 H. (847 M.)
(Dr. N.A. Baloch: Advent of Islam in Indonesia halaman 17).

Keadaan yang timpang ini, yang sangat merugikan Ummat Islam di Asia Tenggara, harus kita berantas, harus kita lawan, karena kalau kita biarkan, pasti ajaran sekularisme dan ajaran anti Tuhan (Atheisme) akan berkembang terus dan mengancam Islam, bahkan buat di Indonesia akan mengancam kemurnian dan keselamatan Pancasila.
Ahli-ahli sejarah Islam dari bangsa-bangsa Asia Tenggara sendiri harus menulis sejarahnya, harus meneliti masuk dan berkembangnya Islam di Asia Tenggara, kemudian menseminarkannya; kemudian menulis menjadi buku Sejarah Islam di Indonesia, Sejarah Islam di Malaysia, Sejarah Islam di Singapura, Sejarah Islam di Philipina, Sejarah Islam di Thailand, Sejarah Islam di Brunei dam sebagainya.
Menurut hemat saya, naskah-naskah tua masih cukup banyak asal kita mau mencari dan ia akan dapat membantu kita dalam usaha yang. besar itu. Sudah waktunya kita meninggalkan tulisan-tulisan kaum penjajah sebagai sumber utama sejarah Islam di Asia Tenggara, sudah masanya kita menggali sumber yang ada di bumi kita sendiri.
Ini adalah salahsatu tujuan dari Seminar ini; Seminar Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh dan Nusantara, disamping tujuan-tujuan yang lain.
Amatlah membesarkan hati kami, hati kita sekalian, bahwa seminar masuk dan berkembangnya Islam di Aceh -Nusantara, mendapat dukungan yang luas dari masyarakat mendapat partisipasi yang hangat dari para ulama, para ahli sejarah dan para sarjana terkemuka di Rantau Asia Tenggara ini, sehingga dengan demikian dapat diharapkan seminar ini akan memberi hasil yang memadai (sekurang-kurangnya).
Perhatian yang cukup besar dari Pemerintah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh, kesungguhan yang tiada bertara dari Pemerintah Daerah Tingkat II Aceh Timur dan segenap lapisan rakyatnya, bantuan serta dukungan yang berarti dari Perusahaan Negara PERTAMINA, dan sumbangan yang ikhlas dari para pengusaha, semua itu telah memberi makna yang sangat bernilai bagi pelaksanaan seminar ini.
Menjadi kewajiban kita sekalian untuk mensyukuri rahmat Allah yang berlimpahan itu.
Uraian singkat ini, hanya sekedar menjelaskan arti dan makna seminar, yang pada saat ini sedang berlangsung upacara pembukaannya.
WABILLAHIT TAUFIK WAL HIDAYAH !


Banda Aceh, September 1980.oleh

For You

0 comments:

Post a Comment

ila Online - Just For Fun
KampungBlog.com - Kumpulan Blog-Blog Indonesia

Site Search