Tinggal
jauh dari keluarga dan orang yang di sayangi tentu bukan hal yang
diinginkan setiap orang. Tapi lagi-lagi karena masalah perekonomian,
mereka harus rela terlepas dari keluarganya. Beban itulah yang memaksa
mereka untuk memilih bekerja ke luar negeri. Bekerja diluar negeri
merupakan salah satu pilihan untuk memperbaiki perekonomian keluarga.
Banyak Negara tujuannya seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura,
Hongkong, Korea, Japan, dan Taiwan.
Dengan
bermodalkan tekat yang kuat para buruh migran Indonesia(BMI) berjuang
di Negara yang dituju tanpa mempedulikan minimnya pengetahuan dan bahasa
yang kuasai. Berbagai macam pekerjaan mereka jalani dari tukang kebun,
pekerja rumah tangga(prt), buruh bangunan, pabrik, juga sebagai anak
buah kapal(ABK). Berbagai macam perlakuan pun di terima.
Bagi
mereka yang beruntung mendapatkan majikan yang baik, segala macam
keperluannya dipenuhi, istirahat cukup, dapat beribadah sesuai dengan
agamanya, bahkan ada yang mendapatkan libur. Tapi bagi mereka yang
kurang beruntung setiap hari mendapatkan perlakuan kasar, dipukul,
dicaci, dilarang beribadah sesuai agamanya, dilaporkan kepada agency,
gaji yang tersendat, bahkan yang lebih parahnya gaji mereka dipotong
seenaknya. Padahal gajinya sangat kecil. Hal itu tidaklah sebanding
dengan kerja keras mereka.
Karena mendapatkan perlakuan seperti itulah, banyak BMI kita yang tidak tahan dan akhirnya
memilih kabur menjadi illegal. Mereka bekerja tanpa ktp, asuransi
kesehatan, dan juga paspor. Bagi mereka yang penting mereka bekerja
dengan baik dan gaji mereka lancar meskipun dalam hati sebenarnya ada
juga rasa takut, khawatir dan was-was kalau tertangkap polisi setempat.
Namun apa boleh buat, tidak ada pilihan lain yang dapat di jadikan
sebagai alternatifnya.
Jika
sudah begini siapa yang harus disalahkan? Majikan mereka yang berbuat
sekehendak hatinya? Pemerintah yang kurang tanggap? Atau siapa?
0 comments:
Post a Comment