Oleh : Cici Anggraini smanjo Lam-Teng
Siapa yang tidak mengenal ilmu kimia?
Bagi para murid jurusan IPA, kimia adalah salah satu mata pelajaran
yang sedikit menguras tenaga dan fikiran. Karena tak jarang di dalamnya
membahas sesuatu yang sangat kecil bahkan sampai sesuatu yang tidak
tampak di mata kita. Rumus-rumus yang menghiasinya pun menyilaukan mata.
Memang banyak para murid yang menyukai pelajaran tersebut dan
menjadikannya sebuah tantangan yang harus dikerjakan, tapi tak sedikit
pula murid yang tidak menyukainya. Bener kan??
Tapi sejak pemerintah memutuskan untuk memasukkanya ke dalam mata
pelajaran yang di Ujian Nasionalkan, suka atau tidak suka para murid
harus mempelajarinya semaksimal mungkin.
Lalu siapakah sebenarnya orang besar di balik ilmu rumit tersebut?
Namanya Jabir Ibnu Hayyan. Nama yang tidak dapat dihapus begitu saja
dari sejarah Islam. Karya-karya cemerlangnya pun tak bisa hanya
dipandang sebelah mata. Sebab sejarah telah menjadi saksi, bahwa Jabir
adalah seorang ahli kimia Islam yang begitu berjasa pada dunia ilmu
pengetahuan dan teknologi modern. Oleh karena itu tidak berlebihan jika
kita menyebutnya “Bapak Kimia Islam”.
Sebagai seorang ilmuwan, Jabir tidak puas begitu saja dengan teori-teori sarjana sebelumnya. Ia terus mengadakan experiment. Ternyata hasilnya mampu menumbangkan dan melebihi teori-teori sebelumnya. Sekalipun dalam mengemukakan hasil akhir experiment nya ia terkenal ekstrim. Namun sikapnya yang demikian selalu diikuti dengan bukti-bukti yang nyata.
Jabir Ibnu Hayyan dilahirkan di Khurasan, tahun 120 H. Ketika itu
ayahnya, Hajjan al-Attar, tengah mengadakan perjalanan berkampanye untuk
Bani Abbas. Untungnya waktu itu pihak penguasa di Baghdad sangat
menaruh perhatian pada para ulama dan sarjana untuk mempergiat usaha
penyebaran ilmu pengetahuan melalui tulisan dan mulai menerjemahkan
buku-buku penting karya sarjana sebelumnya.
Di Negara Arab, Jabir begitu tekun mempelajari ilmu kimia lewat
gurunya, Ja`far as-Sadik. Di samping mempelajari kimia, ia juga
mendalami ilmu kedokteran, filsafat, dan ilmu pasti. Tampaknya di bidang
ilmu kimia inilah Jabir paling menonjol. Hingga akhirnya mengantarkan
nama Jabir disebut-sebut orang sebagai peletak dasar ilmu kimia.
Diantara keistimewaan yang dimiliki oleh Jabir adalah ketelitian dan kejujurannya dalam mengadakan experiment.
Dalam penelitiannya, ia tidak mudah untuk tergesa-gesa. Ia senantiasa
menyejajarkan antara teori dan praktek. Sebab menurutnya, untuk mencapai
suatu pengetahuan haruslah dengan percobaan dan praktek.
Pantaslah jika akhirnya Jabir mampu menciptakan konsep yang jelas
mengenai teori-teori yang diketengahkan para sarjana kimia sebelumnya.
Berdasarkan penyelidikan para sarjana Yunani, pada waktu itu hanya
dikenal teori kimia tentang empat unsur terjadinya wujud, yakni wujud
air, tanah, api, dan udara. Selanjutnya dikenal sifat yang empat pula,
yaitu sejuk, panas, kering, dan lembab.
Sementara Aristoteles menambahkan, ada unsur pertengahan antara api
dan tanah, yakni asap. Sedangkan antara udara dan air, yakni konsistensi
air. Kesimpulan Aristoteles menerangkan, bahwa terjadinya mineral
disebabkan melarutnya “kedua cara” perantaraan tersebut dalam perut
bumi.
Namun teori tersebut dibantah oleh sarjana-sarjana muslim. Sebab
menurut penyelidikan, teori tersebut tidak banyak memberi bukti. Menurut
Jabir, mineral itu tidak mungkin terdiri dari dua unsur tersebut.
Bahkan ia berubah ke dalam dua unsur baru, yaitu air raksa dan belerang.
Karena pelarutan keduanya di perut bumi akan menjadi mineral.
Meskipun kesimpulan Jabir terkesan aneh, tapi pada akhirnya diakui oleh para kimiawan. Bahkan menjadi dasar teori “Phlogiston”
yang berkembang selanjutnya. Teori ini menyatakan, semua substansi yang
bisa terbakar dan mineral-mineral yang dapat membeku karena zat-zat
air, raksa, garam dapur, dan belerang.
Banyak hal yang disumbangkan Jabir untuk menambah perbendaharaan ilmu
kimia ketika itu. Selain melakukan percobaan-percobaan, ia pun membuat
alat-alat yang akan digunakan dengan tangannya sendiri. Melalui beragam
percobaannya, Jabir mengungkapkan tentang penguapan, penyulingan atau
dalam istilah kimianya biasa disebut destilasi, dan pengkristalan. Ia
pun berhasil mengeluarkan zat-zat kimia, seperti nitrat perak (silver nitrate) dan asam nitrat (nitrate acid).
Ia lah yang pertama kali menemukan teori pelarutan garam nitrat perak
dengan pelarutan garam dapur yang kelak menjadi penyebab adanya
pengendapan putih dan tembaga yang menghasilkan nyala hijau.
Begitulah sosok Jabir ibn Hayyan. Kecemerlangan pikiran dan
kesungguhannya belajar membuat orang lain merasa kagum. Ia telah menulis
tak kurang dari 80 buah buku dan banyak diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin. Dari penemuan-penemuannya inilah yang akhirnya di kemudian hari
menjadi referensi penting bagi perkembangan ilmu kimia modern di Eropa.
Jabir adalah salah satu di antara putra-putra Islam pilihan. Ia
meninggal dalam usia 90 tahun, setelah mewariskan banyak ilmu kepada
kita semua. Berkat jasa-jasanya pula ia selalu dikenang oleh para
pengagumnya, dan terukir sempurna di hati para pencintanya sepanjang
zaman. Maha Benar Allah yang berfirman : “Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antara kamu sekalian dan orang-orang yang
berilmu pengetahuan dengan beberapa derajat.”
Wallahuta`ala a`lam bisshowaab.
0 comments:
Post a Comment